SEO

SEO Links Exchanges, Blog Link Building Service Build Your Links For Free, Links Building Service SEO Links Attitude | Free SEO Links Building Free Backlink Service, Links Building 4 Free
Sudirman-(Inisiator) "Jiwa keINDONESIAan anda tidak akan lengkap jika belum berkunjung ke Umpungeng - Jantung Hati INDONESIA


Sinardin(Pengurus Masjid Jabal Nur)"Kami sedang membangun Masjid,bantu kami mewujudkannya"


Sose-(Tokoh Muda Umpungeng) "Semoga Umpungeng dapat terus mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan"


Nasrullah Rahman- (Remaja Masjid Umpungeng) -"Kami akan belajar menjadi tuang rumah yang baik. Kehadiran anda senantiasa kami harapkan.


Wahyuddin-(Kepala Dusun)"Kami senang Anda bisa berkunjung ke Umpungeng.Bantu kami memperbaiki keadaan kami disini.


Ayahanda Gurutta Ismail-(Imam Masjid Umpungeng)"Kami mengundang ANDA untuk berbagi Ilmu disini, bantu kami keluar dari keterbelakangan.


Mus'ing Manab, SAg.MPd.-(Tokoh Masyarakat)"Mari menjaling tali silaturrahiim (AssisUmpungeng).


Nurul Hikmah, S.Pd.-(Tokoh Pemuda)"Belajar dari alam demi memaknai hidup


Ibu Sitti Hasanah-(Tokoh Masyarakat)"Mari bersama-sama membangun Umpungeng yang beradab, berilmu, berakhlak & beriman.


Ibu Badriah-(Tokoh Masyarakat)"Kami bangga menjadi bagian dari keluarga besar Umpungeng yang Alamnya Allah yang ciptakan begitu luar biasa indah. Mari bersama menjaganya.


Minggu, 10 Mei 2015

IBU KHAWATIR ENGKAU AKAN MALU KARENA AYAHMU ORANG GUNUNG

(Edisi:Kisah nyata)
Satu rumpung keluarga berkecukupan (to sogi) hidup disebuah ibu Kota Kecamatan di Kabupaten tetangga. Dengan suka cuta mereka menyambut kelahiran putra –putri mereka dengan penuh syukur. Mereka menjalani hari-hari mereka dengan bahagia penuh harapan agar dapat menghantarkan anak-anaknya kelak pada kehidupan yang lebih baik. Namun takdir berkata lain, sang Ayah wafat   dalam kondisi anak-anak masih kecil. Roda kehidupan seolah berhenti akibat rasa kehilangan saat menyaksikan kepergian sang ayah yang diharapkan terus mendapinginya.

Namun beruntung punya ayah yang telah menanamkan benih kebaikan dan semangat untuk hidup yang lebih baik sejak dini, maka Istri dan anak-anak dapat mengatasi kesedihan dan berusaha untuk bangkit menjalani hidup yang sudah ditakdirkan. Sejak ditinggal Ayah, Ibu kini mengambil alih peran sebagai kepala sekaligus ibu rumah tangga. Usaha dagang yang telah dirintis sang ayah diteruskan dengan berbekal semangat ingin mengantarkan anak-anak menjadi anak yang sukses sesuai harapan almarhum Ayah. Alhamdulillah nasib baik berpihak pada keluarga nya, semua usahanya semakin maju dan anak-anak pun semakin tumbuh dewasa.

Suatu ketika putri pertamanya yang baru lulus sarjana dilamar oleh seorang pemuda baru lulus kuliah dengan bacground pendidikan Insinyur. Tanpa berpikir panjang, lamaran tersebut di terima, alhasil pernikahan pun diselenggarakan dengan meriah. Orang-orang menganggapnya pasangan ideal karena kedua nya memiliki background pendidikan dan strata sosial yang sama. Alhasil upacara pesta pernikahan rampun dilaksanakan dengan lancar dan tidak mengalami kendala berarti.

Kedua pihak orangtuanya merasa senang dan bangga telah menghantarkan putra-putri mereka ke jenjang pernikahan yang berarti satu kewajiban telah tertunaikan. Kini saatnya memberi ruang dan waktu kepada pasangan putra putri ini untuk membina keluarga nya dengan baik. Pasangan ini pun kelihatannya menginginkan hal yang sama, yakni kemerdekaan dan kebebasan menentukan jalan hidup. Maka dengan sigap dan penuh pengertian sang ibu dari putri ini memahami dan merestui pilihan jalan yang akan ditempuh. Ibu sangat faham tentang hakekat berkeluarga berkat bimbingan almarhum suami.

Maka pada suatu hari sang Ibu menyerahkan uang sebagai bekal/ modal untuk mengawali hidup baru. Beliau sangat faham kebutuhan pasangan baru seperti mereka yang baru lulus sekolah dan belum memiliki profesi atau pekerjaan. Maka diserahkan lah sejumlah uang (lebih dari cukup) dengan harapan sang menantu selaku kepala keluarga dapat mengatur uang tersebut agar cukup untuk mendirikan usaha. Hari-hari kebahagiaan mereka jalani dengan baik sambil terus mendiskusikan rencana usaha yang cocok untuk  dijalani berdua.

Hari berganti bulan, terus berganti tahun, usaha yang direncanakan tidak kunjung terwujud. Hingga suatu saat sang Ibu menanyakan prihal usaha yang tak kunjung terwujud itu. Sang menantu pun memiliki banyak alasan yang mampu meredam kekhawatiran atau kecurigaan sang mertua. Namun Ibu mertua bukanlah anak picisan yang gampang menerima alasan begitu saja. Tanpa terduga sang ibu mertua justru sangat piawai menghadapi masala-masalah sosial seperti itu. Mental ibu mertua ternyata sudah akrab dengan kesulitan hidup dan kerasnya penghidupan saat berada di kampung halaman suami.

Segera sang ibu melakukan sidak pemeriksaan penggunaan dana yang diserahkan kepada keluarga putrinya itu. Namun betapa kaget melihat kenyataan ternyata dana yang diserahkan untuk dijadikan modal usaha tersebut sudah habi terpakai entah kemana. Sang menantu yang diserahi amanah berusaha memberi alasan, namun tidak membuat sang ibu bergeming. Maka sang mertua pun tidak kekurangan cara untuk melacak kemana gerangan uang yang jumlahnya cukup fantastis pada eranya itu. Sang ibu pun memulai mengembangkan penelusuran dengan bersilaturrahiim ke ruma besan. Disana dia menemukan titik terang, besan yang hidupnya biasa biasa saja itu menceritakan prihal rencananya melakukan perjalanan Umroh ke baitullah bersama suami. Dengan bangga sang besan menceritakan kebanggaan nya terhadap putra dan mantunya yang baru saja memulai usaha tapi sudah mampu membiayai perjalanan umrahnya itu. Seketika sang ibu kaget dan tidak lama mohon diri untuk segera pulang.

Silaturrahim dengan besan rupanya menjadi awal petakan rumah tangga itu. Tanpa bertele-tele, sang ibu memanggil putrinya dan meminta saat itu juga menyatakan cerai dengan suaminya. Anak penurut dan sangat faham karakter serta percaya akan kebaikan orang tuanya tidak banyak pertimbangan. Saat itu juga dia mengajukan gugatan cerai meski baginya terasa sangat berat. Dalam keadaan terdesak, suami tidak terima dan merasa dipermalukan. Suaminya mulai melancarkan teror dan berusaha mencelakai mantan istrinya. Merasa tidak aman, sang istri beserta ibunya mencari perlindungan ditempat keluarga nya yang tinggal di daerah lain.  

Dalam suasana yang tidak menentu tersebut, sang istri terus mengevaluasi diri dan merenungi apa yang sedang terjadi pada dirinya. Ibu pun terus berusaha menghibur dan membesarkan hati putrinya yang nampak jiwanya sedang tertekan.  Di tempat pengasingannya yang berlokasi di kampung keluarga tersebut sang anak (istri) mendatangi seorang konsultan spiritual menanyakan prihal apa dan bagaimana permasalahannya bisa teratasi.  Sang spiritualist yang sudah memiliki pengalaman menangani permasalahan yang serupa rupanya memiliki kemampuan supranatural pula. Sang Supranaturalist menyampaikan bahwasanya yang bersangkutan beserta keluarganya telah memutus hubungan silaturrahiim (Assisumpungeng lolo na) terhadap keluarga di kampung halaman orang tuanya di Umpungeng. Dengan perasaan bingung bercampur ragu yang bersangkutan menanyakan nama tempat yang baru pertama kali didengarnya itu. Namun sang Supra naturalist  tersebut melanjutkan penjelasannya dan menawarkan solusi pada yang bersangkutan. “ Sebaiknya kamu datang kesana untuk bersilaturrahiim ”.

Setelah mendapatkan penjelasan yang cukup maka sang anak pulang kerumah keluarga menemui ibu dan langsung menanyakan prihal yang disarankan oleh Supra Naturalist.Alhasil terjadilah dialog antara anak dan ibu:

Ibu: Dari mana saja? Ibu menghawatirkanmu.

Anak: Dari ketemu orang pintar! “Nasuroka lisu rikampongna tomatoakku massisumpung lolo di Umpungeng, Engka memeng ga yaseng kampong makkuro?” (Saya di suruh pulang ke kampung orang tua bernama Umpungeng untuk bersilaturrahiim, Memang adakah kampung yang bernama Umpungeng? )

Dengan terkesima Ibunya kaget mendengar  penjelasan putrinya dan tidak menyangka Putrinya bisa menanyakan hal seperti itu. Ibunya sadar bahwa tempat yang dimaksud itu tidak pernah diceritakan kepada putra-putrinya sejak kecil pasca ditinggal almarhum suaminya. Seolah terbangun dari mimpi, ibunya teringat masa lalu yang penuh perjuangan di kampung itu bersama Almarhum Suami beserta mertuanya. Secara perlahan ibunya mencoba memberi penjelasan kepada putrinya yang sedari tadi terlihat bingun dan penasaran menunggu penjelasan langsung darinya:

Ibu: “Begini nak,Ibu minta maaf, ibu memang tidak pernah bercerita tentang kampung halaman almarhum Ayahmu bernama Umpungeng, khawatir kau dan adik-adikmu malu punya Ayah orang gunung. Saya pikir cukuplah ibu yang tau tentang hal ini dan membiarkanmu beserta adik-adikmu tumbuh dilingkungan perkotaan yang lebih baik”

 Sang anak merasa terbakar semangatnya mendengar penjelasan ibunya, tiba-tiba teringat sosok Ayah yang penuh kasih dan sangat perhatian itu. Dia tidak perduli lagi dengan tatapan ibunya yang penuh penyesalan dan dalam keadaan terburai air mata. Tiba-tiba sang anak rindu ingin mendekap ayahnya, mencium dan meminta maaf atas kealfaannya terhadap kampung yang telah membesarkan ayahnya, yang telah menempah pribadi ayahnya menjadi orang tua yang santun, bertanggung jawab dan bersahaja. Sosok ayahnya yang disegani oleh masyarakat sekitar tempat tinggalnya karena kedermawanan dan ke sopanannya, karena keuletan dan kesabarannya. Ayahlah yang telah menginspirasi anak-anaknya untuk tumbuh menjadi pribadi yang tegar dan bertanggung jawab.    

 Anak: Dimana lokasi tempat itu dan bagaimana menjangkaunya kesana?

Ibu: Lokasinya di Kabupaten Soppeng, namun ibu sudah lupa persisnya dimana, di dekat kota Soppeng, ibu punya sahabat yang bisa saya mintai tolong. Mudah-mudahan masih hidup. Untuk menjangkau Umpungeng ibu dan ayahmu dulu harus berjalan kaki melewati gunung, lembah, sungai dan tebing, tidak ada pilihan lain.

Anak: Kapan kita bisa kesana?

Ibu: Jangan buru-buru, kita harus melakukan persiapan terlebih dahulu dalam segala hal.  Kita juga harus menyiapkan acara do’a syukuran sebagaimana ibu dan ayahmu dulu sering lakukan. Terutama persiapan fisik dan mental harus prima, selain medanya berat kita juga haru memahami kaidah-kaidah yang berlaku disana. Dulu jaman ibu jika masuk ke Umpungeng, harus menjaga sopan santu, alas kaki saja harus dilepas dan menghidari perkataan sia-sia. Dulu kita segan menyebut nama Umpungeng, untuk menghindari kesan masobe (tidak beretika) orang tua kita menyuruh kita menyebutnya Lalabata.

Demikianlah hinga akhirnya silaturrahiim seluruh keluarga terjalin kembali hingga saat  ini. Meski ikatan pernikahannya tidak bisa lagi diselamatkan, namun kehidupannya kini lebih tenang menjalani usaha yang sempat terbengkalai. Ibunya menyampaikan pennyesalan dan bertekad ingin silaturrahiim di Kampung halaman suaminya sepanjang hayat. Pelajaran bagi kita semua bahwa kita harus menjaga silaturrahiim kepada keluarga kepada kampung halaman dimana kita dan keluarga kita dilahirkan. Karena tempat dan tanggal lahir bukannlah keinginan kita tapi merupakan takdir dari Allah yang patut di syukuri (Dikisahkan oleh Bunda Badriyah S.)

0 komentar:

Posting Komentar

TESTIMONI PENGUNJUNG

Laporan per 24/7/2015 = Rp. 64.029.000,

1.Sapiah Cempeng (Luwu Utara) Rp.200.000,-

2.Hj. A.Wati (Gattareng)Rp.500.000,-

3.Jafardin Sale(Annukkanung)Rp.300.000,-

4.Tanpa Nama(Soppeng)Rp.100.000,-

5.Daebu (Umpungeng)Rp.50.000,-

6.Ratnawati (Umpungeng)Rp.500.000,-

7.Nurtan Mandang (Umpungeng)Rp.500.000,-

8.Alm. La Demma (Umpungeng)Rp.20.000,-

9.AlmH. I Lisu (Umpungeng)Rp.20.000,-

10.Alm. Mandang(Umpungeng)Rp.20.000,-

11.AlmH. I Nalang(Umpungeng)Rp.20.000,-

12.M. Irsyad Fitra(Umpungeng)Rp.20.000,-

13.Muslimin (Tanjongnge) Rp.100.000,-

14.Kasmawati(Gattareng)Rp.100.000,-

15.Upriadi(Umpungeng)Rp.50.000,-

16.Sose(Umpungeng)Rp.500.000,-

17.Arifin Kando(Umpungeng)Rp.1.000.000,-

18.Marewangeng (Umpungeng)Rp.500.000,-

19.Hadenna (Umpungeng)Rp.1.000.000,-

20.Ismail Hade (Umpungeng)Rp.1.000.000,-

21.A.Aris (Jolle)Rp.500.000,-

22.Ruslan (Makassar)Rp.200.000,-

23.Kamaruddin (Umpungeng)Rp.1.000.000,-

24.Saddu (Umpungeng)Rp.500.000,-

25.Marsuniati(Umpungeng)Rp.20.000,-

26.I Sitti (Umpungeng)Rp.20.000,-

27.Wardi Bune (Umpungeng)Rp.500.000,-

28.Gonre (Umpungeng)Rp.1.000.000,-

29.Abd. Najid (Umpungeng)Rp.500.000,-

30.Alm. La Kaja (Umpungeng)Rp.20.000,-

31.Abd Rahman (Umpungeng)Rp.20.000,-

32.Sittiha(Umpungeng)Rp.20.000,-

33.Sitti Hasanah (Umpungeng)Rp.20.000,-

34.Sabenna (Umpungeng)Rp.50.000,-

35.Nurtan (Umpungeng)Rp.150.000,-

36.Baharuddin Junaide (Umpungeng)Rp.100.000,-

37.Sukmawati (Umpungeng)Rp.500.000,-

38.Firman (Bulu Batu)Rp.500.000,-

39.Alm.M.Adnan Da'wa (Umpungeng)Rp.20.000,-

40.Alm.Dalma (Umpungeng)Rp.20.000,-

41.Alm.Ma'ruf (Umpungeng)Rp.20.000,-

42.Alm.Lapenno (Umpungeng)Rp.20.000,-

43.Alm.Saleng (Umpungeng)Rp.20.000,-

44.AlmH.Ikadu (Umpungeng)Rp.20.000,-

45.AlmH.Isittiri (Umpungeng)Rp.20.000,-

46.Alm. Mahmud (Umpungeng)Rp.20.000,-

47.Alm. M.Nur Penno (Umpungeng)Rp.20.000,-

48.Tanpa Nama (Umpungeng)Rp.50.000,-

49.Wardihan (Umpungeng)Rp.500.000,-

50.Alm.Bune & AlmH.Nungka(Umpungeng)Rp.11.000.000,-

51.Tanpa Nama(Umpungeng)Rp.10.000,-

52.Hamsani (Jolle)Rp.100.000,-

53.Hadera (Jolle)Rp.100.000,-

54.Alm Ikadi (Umpungeng)Rp.20.000,-

55.Alm.Maradang (Umpungeng)Rp.20.000,-

56.Nurul Fuadi (Bone)Rp.50.000,-

57.Fariz Fitra Maulana (Bone)Rp.50.000,-

58.St.Radhiyah Fitri(Umpungeng)Rp.100.000,-

59.St.Nurfatihah Khairah(Umpungeng)Rp.100.000,-

60.Muh. Riyadhi Fitra(Umpungeng)Rp.100.000,-

61.Muh. Wildi Khairil(Umpungeng)Rp.100.000,-

62.AlmH. Sittri(Umpungeng)Rp.50.000,-

63..AlmH. Mariaming(Umpungeng)Rp.50.000,-

64.Alm. Saleng(Umpungeng)Rp.50.000,-

65.Alm. Padlan(Umpungeng)Rp.50.000,-

66.Umar Padlan (Umpungeng)Rp.50.000,-

67.Baderiah(Umpungeng)Rp.50.000,-

68.Alm. Kaja (Umpungeng)Rp.20.000,-

69.Nurdin Kenni(Umpungeng)Rp.500.000,-

70.Alm. Mallongi(Umpungeng)Rp.50.000,-

71.AlmH. Nurmatang(Umpungeng)Rp.50.000,-

72.Alm.Muh.Rafi(Umpungeng)Rp.50.000,-

73.Kubba (Umpungeng)Rp.25.000,-

74.Naidah Kade(Umpungeng)Rp.50.000,-

75.Hamba Allah(Umpungeng)Rp.50.000,-

76.Tanpa Nama(Umpungeng)Rp.20.000,-

77.Tanpa Nama(Umpungeng)Rp.100.000,-

78.Jafardin (Annukkannung)Rp.500.000,-

79.Samsam (Umpungeng)Rp.50.000,-

80.Alm. Sale(Umpungeng)Rp.50.000,-

81.Alm. Sale(Umpungeng)Rp.50.000,-

82.Arifin Kel.(Umpungeng)Rp.200.000,-

83.AlmH. I Masse(Umpungeng)Rp.50.000,-

84.Minasa(Umpungeng)Rp.50.000,-

85.Masnawati(Umpungeng)Rp.50.000,-

86.Mus'ing,S.Ag,M.Ag(Umpungeng)Rp.750.000,-

87.AlmH. I Nalang(Umpungeng)Rp.50.000,-

88.Sita Arisman(Jolle)Rp.100.000,-

89.Ainun Nisha(Umpungeng)Rp.20.000,-

90.Ansar S(Umpungeng)Rp.100.000,-

91.Alm. Mansyur(Umpungeng)Rp.20.000,-

92.Alm. Mandang(Umpungeng)Rp.50.000,-

93.I Waru(Umpungeng)Rp.50.000,-

94.Azis(Umpungeng)Rp.50.000,-

95.Sakka(Bulu Batu)Rp.200.000,-

96.Tanpa Nama(Umpungeng)Rp.250.000,-

97.Tanpa Nama (Umpungeng)Rp.50.000,-

98.Najwan Faqih(Bantaeng)Rp.300.000,-

99.Erni/Rudi(Basi SulTeng)Rp.100.000,-

100.Hj. Mujrah(Basi SulTeng)Rp.200.000,-

101.Amiruddin(Umpungeng)Rp.100.000,-

102.Samsam (Umpungeng)Rp.1000.000,-

103.Nurtan(Umpungeng)Rp.50.000,-

104.Samsuriana(Umpungeng)Rp.50.000,-

105.Mukaddas(Umpungeng)Rp.1000.000,-

106.Azis(Umpungeng)Rp.400.000,-

107.I Hadi(Umpungeng)Rp.500.000,-

108.Palua(Umpungeng)Rp.10.000,-

109.Alm.Cempeng & AlmH.Kocci(Umpungeng)Rp.50.000,-

110.Saddu Sek.(Umpungeng)Rp.100.000,-

111.Ahmad Faiq Rausyan Maskur(Umpungeng)Rp.100.000,-

112.Umar. P(Umpungeng)Rp.500.000,-

113.Alm.Semma & AlmH.Ralija(Umpungeng)Rp.50.000,-

114.Kasman(Umpungeng)Rp.100.000,-

115.Dala(Umpungeng)Rp.50.000,-

116.Nurtang Kadir(Makassar)Rp.1000.000,-

117.Jodding (Wempelle)Rp.100.000,-

118.Asmawi SP (Labessi)Rp.500.000,-

119.Takdir (Jampu jampu)Rp.50.000,-

120.Tanpa Nama (Makassar)Rp.300.000,-

121.Tike (Kolaka)Rp.100.000,-

122.Ida Juhe (Lagoci)Rp.300.000,-

123.Mansur Abdu (Lolloe)Rp.500.000,-

124.CCC (Cabbengnge)Rp.164.000,-

125.Sitti Hasanah (Umpungeng)Rp.100.000,-

126.Drs.H.A.Soetomo & Kel. (Soppeng)Rp.10.000.000,-

127.Gonrong (Makassar)Rp.1000.000,-

127.Nurhayati Umar (Makassar)Rp.250.000,-

128.H.Ibrahim Abubakar,MPd. (Makassar)Rp.500.000,-