"Hidup harmoni, selaras & seimbang"
- Kwalitas sumberdaya manusia
- System pertahanan dan keamanan
- Sistem ketatanegaraan
- Pengawasan yang lemah
- Keadaan ekonomi
- Data base kependudukan yang tidak singkron dll.
Jika Negara ini diibaratkan sebuah permainan gasing, maka sejak handel tali yang melilitnya ditarik dan dilepas, sejak saat itu pula bola gasing yang bernama INDONESIA berputar dan mencari titik tumpu yang dapat menahan dan menstabilkan perputarannya. Demikianlah Negara ini membutuhkan titik perputaran untuk menjaga agar rodah pemerintahan dapat berjalan dengan tenang, warga memiliki kemerdekaan untuk berkreasi dan berkarya demi kemakmuran dan kesejahteraan bersama.
Apa urgensi titik? Tergantung dari sudut mana kita akan melihatnya. Jika saya seorang penulis, maka saya membutuhkan suatu titik untuk mengakhiri tulisan atau memulai kalimat baru. Bisa dibayangkan jika sebuah karya tulis tanpa titik sangat berpotensi menimbulkan kesalah fahaman diantara sesama pembaca.
Lantas kenapa titik tengah itu berada di Sulawesi Selatan? Sebagai mana kita sudah mahfun bersama bahwa Makassar merupakan City Center of Indonesia / Kota Pertengahannya Indonesia, Kota Sulawesi Selatan ini juga memiliki Bandara Internasional yang sangat strategis melayani hampir semua provinsi di Indonesia baik Indonesia Barat, Indonesia Bagian tengah dan Indonesia bagian Timur dengan jarak tempu yang hampir sama. Kita juga menunggu proses pembangunan supermewah Wisma Negara INDONESIA di kawasan yang diberi nama “Center Pint Of Indonesia” (CPI) yang berlokasi di Pantai Losari Makassa.
Terbentuknya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Takdir / dan Ketetapan Allah sebagaimana tercamtum dalam kanum asasi Negara Kita Undang Undang Dasar Negara Repulik Indonesia yang berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan yang Luhur”. Dengan kata lain Negara ini memang sudah disiapkan untuk sebuah bangsa bernama INDONESIA melalui proses panjang yang akhirnya di Proklamirkan oleh Sukarno-Hatta. Maka jika anda percaya Takdir, ketetapan atau Karunia Allah maka sangat boleh jadi bangsa-bangsa yang lebih dulu pernah mendiami wilayah Nusantara ini juga memiliki keyakinan yang sama dengan keyakinan para pelaku sejarah bangsa Indonesia yang terdokumentasi dengan baik. Sangat boleh jadi orang-orang sebelum era perjuangan itu juga memiliki ingsting seorang Negarawan yang visioner sehingga dapat membaca kemungkinan hadirnya sebuah Negara kesatuan berikut dengan batas wilayahnya. Jika asumsi ini benar maka sangat mungkin seorang bijak tempo doloe telah menetapkan ikhtiar yang sempurnah untuk menyimpan atau memainkan symbol-symbol yang kelak akan menjadi panduan / pedoman bagi generasi sesudahnya. Sama halnya dengan para Perumus Proklamasi kemerdekaan kita yang telah membuat symbol-symbol berupa Bendera Merah Putih yang berarti bangsa Indonesia harus Berani dan berjiwa Ikhlas atau suci, garuda yang berarti Bansa Indonesia harus berjiwa lima sila sebagai syarat untuk hidup di dalam Negara Kesatua Republik Indonesia, Monas yang berarti Bangsa Indonesia harus Berjiwa Nasionalis, Masjid Istiqlal yang berarti bangsa Indonesia harus Merdeka dan berdaulat dan banyak lagi symbol-symbol berharga yang lainnya.
Maka kini saat yang tepat menjelang Sholat Jum’at tgl 4 September 2015 pkl 10.30 saya perkenalkan sebuah symbol yang merupakan Jantung Indonesia. Di suatu kawasan yang hingga saat ini masih sangat terisolir meski berada di sebuah Kecamatan Kota bernama Lalabata di Kabupaten Soppeng. Kampung beradaban kuno Bugis bernama Tanah Rigella, Tanah Maradeka, Tanah Ancajingeng, Toddang Angin, Tanah Boccoe, Lalabata atau yang kini dikenal dengan nama Umpungeng.
Umpungeng berasal dari kata Assisumpungeng yang berarti Silaturrahiim. Inilah tempat dimana pernah menjadi pusat pertemuan bangsa bangsa Bugis, Menggelar upacara-upacara pelantikan dan termasuk wilayah yang aman untuk persembunyian para tokoh penting seperti Arung Palakka.
Berbagai sudut pandang kenapa tempat ini layak menjadi jantung atau titik Tengah Indonesia antara lain:
1. Sosial budaya
Secara kultur masyarakat Umpungeng meski tinggal di pegunungan namun tidak tinggi hati alias
tawaddu, mereka senang menolog dan menghargai orang lain. Hal ini menyebabkan orang Umpungeng disukai banyak orang dan bisa hidup dikalangan mana saja. Ini berarti orang Umpungeng memiliki magnet yang dapat menarik dan mepersatukan orang lain yang dalam istilah bugis disebut Mappasisumpungeng lolo / menyambungkan silaturrahiim. Kebiasaan sebagia orang Umpungeng merantau tidak menyebabkan lupa kampung halaman. Bahkan sebaliknya mereka senantiasa merayakan kesuksesan dirinya dengan mengadakan doa syukuran dan makan-makan besama dikampung disaat usaha atau pekerjaan mereka menjadi lebih baik. Ini teradisi dan budaya syukur dan berterima kasih terhadap kampung halaman yang masih lestari hingga saat ini. Budaya pulang kampung bagi sebagian besar keturunan Umpungeng yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia juga selalu rutin pada setiap hari raya. Ini merupakan bukti kuat bahwa Kampung Halaman Umpungeng benar-benar memiliki magnet dan daya Tarik yang kuat sebagai titik pertemuan terhadap warga keturunan Umpungeng.
tawaddu, mereka senang menolog dan menghargai orang lain. Hal ini menyebabkan orang Umpungeng disukai banyak orang dan bisa hidup dikalangan mana saja. Ini berarti orang Umpungeng memiliki magnet yang dapat menarik dan mepersatukan orang lain yang dalam istilah bugis disebut Mappasisumpungeng lolo / menyambungkan silaturrahiim. Kebiasaan sebagia orang Umpungeng merantau tidak menyebabkan lupa kampung halaman. Bahkan sebaliknya mereka senantiasa merayakan kesuksesan dirinya dengan mengadakan doa syukuran dan makan-makan besama dikampung disaat usaha atau pekerjaan mereka menjadi lebih baik. Ini teradisi dan budaya syukur dan berterima kasih terhadap kampung halaman yang masih lestari hingga saat ini. Budaya pulang kampung bagi sebagian besar keturunan Umpungeng yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia juga selalu rutin pada setiap hari raya. Ini merupakan bukti kuat bahwa Kampung Halaman Umpungeng benar-benar memiliki magnet dan daya Tarik yang kuat sebagai titik pertemuan terhadap warga keturunan Umpungeng.
2. Sejarah
Dalam tinjauan sejarah, saya memiliki keterbatasa untuk menyajikan tulisan sejarah Umpungeng berdasarkan kaidah keilmuan sejarah. Hal ini disebabkan karena belum lengkapnya data secara outentik bagaimana perjalanan sejarah umpugeng dari masa ke masa. Namun berdasarkan penuturan asli dari salah seorang tokoh masyarakat Umpungeng, kita bisa membaca cerita asal mula nama (Mula Pattellareng na) Umpungeng (baca Sejarah Asal mula Umpungeng). Disamping hal tersebut saya bersama beberapa generasi muda Umpungeng terus bekerja mengumpulkan dokumen yang terkait demi menyempurnakan informasi sebelum disajikan kepada pembaca yang budiman.
3. Letak Geografis
Posisi kampung Umpungeng berada di puncak salah satu dari tiga deretan bukit yang terbentang dari timur kebarat. Nampak menyerupai tubuh manusia yang tengah terbujur dengan posisi kaki di sebelah timur dan kepala di sebelah barat. Kampung Umpungeng terletak persis diatas puncak bukit bagian tengah. Ditengah tengah perkampungan ini terdapat situs megalitikum berupa lingkaran Batu yang dinamakan GARUGA e. Ditengah lingkaran tersebut terdapat satu batu yang menjadi tanda posi tanah (Pusat Tanah). Yang menarik adalah kampung Umpungeng diapit oleh dua sungai yang indah serta dikelilingi oleh Gunung yang ketinggiannya berkisar 1000 s.d 1500 dpl.
Secara regional posisi Umpungeng berada diantara pusaran 5 Kabupaten dan 1 Kota Madya yang penduduknya merupakan Suku Bugis Asli yakni Sebelah Barat terdapat Kab. Barru, Sebelah Utara terdapat Kodya Pare-Pare dan kabupaten Sidrap, sebelah Timur terdapat Kota Soppeng dan Kab.Wajo, Sebelah selatan terdapat Kab. Bone. Hal ini membuat Posisi Umpungeng memiliki posisi sebagai titik pusaran regional suku Bugis yang sangat strategis.
Dalam sekala Nasional, posisi geografis Sulawesi Selatan sangat jelas sebagai Provinsi Pertengahan yang menjadi jembatan penghubung diantara Indonesia bagian Barat dan Indonesia bagian Timu, serta Indonesia Bagia Utara dan ujung selatan Indonesia. Maka pembangunan Gedung Center Point of Indonesia yang saat ini sedang berlangsung di Pantai Losari Makassar merupakan salah satu reflexi Pemerintah untuk menunjukkan betapa penting memiliki titik keseimbangan / titik tengah Indonesia. Maka keberadaan sebuah situs tua di Umpungeng sebagai sebuah tanda pertengahan bukanlah suatu kebetulan melainkan sudah di persiapkan oleh orang-orang terdahulu jauh sebelum Indonesia Terbentuk.
4. Batu sebagai titik
Batu memiliki karakter sebagai benda padat yang keras, di beberapa tempat bersejarah dan berpengaruh di berbagai belahan dunia ini umumnya terdapat tanda-tanda sejarah yang terbuat dari batu. Sebegitu pentingnya yang bernama batu, maka pernah berlalu suatu zaman di dunia ini yang masyarakat nya hanya mengenal batu sebagai alat utama, maka disebutlah era tersebut sebagai zaman batu. Bahkan saat ini zaman batu kembali menjadi primadona perhiasan bagi mayoritas masyarakat.
Secara khusus saya ingin perkenalkan sebuah batu yang orang menyebutya Batu Pertengahan (Posi Tanah) pada Laleng Batu / Lalabata (dalam lingkaran Batu) bernama Garugae. Batu yang bentuknya biasa-biasa saja ini sepintas tidaklah bernilai apa-apa. Batu yang merupakan tanda pertengahan (Posi tanah) itu diletakkan persis pada posisi pertengahan. Yang istimewa menurut saya dari batu ini adalah karena saya selalu rindu untuk kembali menatapnya kemanapun saya berada. Apakah karena alasan tanah kelahiran? Faktanya banyak orang yang datang dari berbagai daerah yang datang khusus untuk melakukan hal yang sama dengan saya, baik mereka yang memiliki hubungan darah atau tidak. Saya semakin kagum dengan orang-orang terdahulu yang pernah hidup di Kampung ini yang dengan visi dan wawasan kebangsaanya dapat menjangkau banyak generasi berikutnya hingga terbentuknya satu Negara kesatuan yang berdaulat. Saya bangga kepada siapa pun yang telah meletakkan batu sederhana ini sebagai sebuah symbol yang telah membantu memori dan kesadaran kemanusiaanku untuk senantiasa mengingat titik nadiku, titik nuraniku bahkan titik akhir dari kehidupan ku. Saya bersyukur karena telah dibentangkan dihapan mataku sebuah simpul kesadaran untuk memahami siklus kehidupan yang begitu tertata dan terencana ini (bagi yang mau merenungkan), TER lahir dari suatu tanah ancajingeng (kelahiran) TER sebar di atas bumi dan TER panggil kembali pada titik sebelum titik akhir kehidupan.
5. Teknology Informasi
Dewas ini kita memasuki era globalisasi informasi dan technology, semua dapat tersaji dihadapan kita secara instan. Pengetahuan yang dulu kita peroleh secara manual dan terbatas kini bisa di konfrontir tingkat kebenaran dan akurasinya lewat bantuan technology. Sebuah tempat bernama GARUGAE yang dulu dikenal secara terbatas oleh warga Umpungeng dan sekitar kawasan sebagai Pusat Tanah Ancajingeng (Posi Tanah Kelahiran), dengan bantuan technology kini bisa di lihat dan ditandai secara akurat tempat tersebut di sebuah aplikasi canggih bernama Google earth. Sebagai informasi bahwa Google earth ini merupakan salah satu perangkat lunak berbasis internet yang dirancang oleh Keyhole Inc dan kemudian dikembangkan oleh perusahaan mesin pencari bernama Google. Google earth membuat pemetaan bumi melalui superimposisi gambar yang didapatkan dari hasil pemetaan satelit, foto udara serta menggunakan globe GIS 3 D yang kemudian diolah oleh Google menjadi satu program aplikasi yang dapat di akses oleh jutaan pengguna dari seluruh dunia secara muda (user friendly) yang dapat membantu kita menemukan lokasi / dan tempat dimana saja kita mau.
Ini merupakan satu keajaiban bagi saya, terjadinya keselarasan diantara sebuah tanda (Pusat Tanah) manual yang sudah terlebuh dahulu dikenal dan dipersepsikan masyarakat lokal sebagai titik pertengahan tiba-tiba hadir sebuah aplikasi technology super canggih yang dapat membenarkan posisi tanda yang berada di Lalabata Umpungeng tersebut sebagai Titik Tengah INDONESIA. Ini bukanlah suatu kebetulan dan pasti mengandung hikmah bagi orang yang mau merenungkan hakikat berdirinya sebuah Negara. Hidup adalah pilihan, Anda boleh percaya boleh juga tidak. Saya hanya merindukan INDONESIA kelak menjadi sebuah Negara yang berdiri kokoh, roda pemerintahannya stabil dan Masyarakatnya hidup tenang yaitu masyarakat yang menjaga titik keseimbangan hidup, masyarakat yang senantiasa rindu untuk kembali, senantiasa mengingat Qolbu “hanya dengan mengingat Allah hati akan tenang (QS ar-Ra’ad ayat 28 ”
"Andai saja Tanda titik tengah ini tidak dikenal atau tidak diakui, maka sepatutnya Pemimpin Negeri ini membangun tanda atau icon pemersatu, agar generasi muda bangsa Indonesia lebih mudah memahami pesan dari sila ke 3 Dasar Negara Indonesia, sebagaimana teknology komunikasi saat ini memanjakan para konsumen nya dengan fitur yang berupa icon-icon aplikasi"