"Bukanlah manusia yang baik yang mengabaikan hatinnya" Bukanlan bangsa yang baik yang mengabaikan Jantung Negaranya"
“Jangan mengaku orang
Indonesia" sebelum anda menginjak Umpungeng”
(Putra Tanah Betara)
Titik tengah Indonesia, merupakan
tag line yang saya sematkan untuk kampung halamanku Umpungeng. Istilah ini
muncul jauh sebelum saya mengenal adanya bangunan yang dibangun di pantai Losari
yang diprakarsai oleh Pemerintah Kota Madya Makassar diera pemerintahan
Walikota Bapak Arif Sirajuddin.Saat itu saya masih ditempat perantauan di
ibukota. Awalnya penulis hanya mengekspresikan perasaan rindu kampung halaman
yang sudah lama ditinggal merantau. Suatu saat penulis mendapat foto kampung
Umpungeng yang dibawa oleh seorang keluarga yang sedang tugas belajar di
Ibukota bernama Sardi Laesang dari kampung. Menyaksikan beberapa foto tersebut
membuat penulis takjub dan senang luar biasa. Bayangan tentang kampung halaman
serta merta bermunculan kembali. Saya pun terdorong untuk mengembangkan
imajinasi dan ingatan tentang kampung halaman yang dulu sangat akrab dengan ku.
Dari sekian potensi yang berhasil saya ingat, ada satu hal yang saya rasakan getarannya
sangat kuat energinya menarik-narik imajinasi dan perasaanku. Pusat bumi
(Posina Tanae) sebuah batu yang terletak di tengah-tengah sebuah situs
megalitik bernama Garugae. Maka aku saat itu langsung men design sebuah gambar di computer kerjaku sebuah peta
dan memberi titik persis di lokasi wilayah Umpungeng (belum menggunakan google
earth) dan membuat lapisan lapisan garis
dari mulai titik tengah hingga ke lapisan terluar untuk mempertegas argument
titik tengah kemudian memberi judul peta tersebut sebagai “mid pint of
Indonesia”.
Dari menggambar peta tersebut
terus merembet kebanyak hal yang menyangkut Umpungeng. Semua foto yang saya
dapatkan dari keluarga tersebut saya edit dan design satu persatu sesuka hati.
Belum puas dengan hanya mengedit foto, saya membuat akun khusus bernama
Umpungeng di google dan membuat blog sederhan bernama http://umpungeng.blog.com untuk memposting
foto-foto yang baru saja saya edit. Karena
merasa foto-foto yang ada masih sangat terbatas, untuk memuaskan hati, saya
mulai berselancar di mesin pecari data di google.com untuk mencari foto-foto
yang berasal dari Umpungeng dan sekitarnya. Namun usaha siang dan malam
sepulang kerja hingga larut malam ingin menemukan foto lewat internet sia-sia.
Tidak satu pun foto yang saya dapatkan, sedih karena tidak ada foto, sedih
karena menyadari betapa kampung halamannku masih jauh dari sentuhan teknologi.
Suatu saat saya mencoba memperkenalkan
kampung halamanku lewat peta google earth kepada beberapa mahasiswa eropa yang
sedang tugas belajar di tempa saya bekerja. Saya mencoba zoom in dan
mengutak-atik peta bola dunia di layar monitorku namun tidak berhasil menemukan
tanda yang jelas. Akhirnya dua orang Mahasiswa tersebut meminta ke saya untuk
gantian menunjukkan lokasi masing-masing kampung halamannya di Negara Polandia
dan Serbia. Tidak lama kemudian dengan bangganya mengatakan ke saya “Sir. Look
at that place, that is my home town” sambal menunjuk lokasi persisnya di map. “
what about your place? I thing your village is not discovered yet by
technology”. Belum puas ngatain begitu mereka lanjut lagi dengan mengatakan “I
thing your village in the jungle with wild animal there, isn’t it?” sambil
tertawa lepas h h h.
Hal pula yang mungkin penyebab
kenapa saya tidak pernah cerita ke teman-teman kantor saya tentang kampung halaman,
ada perasaan khawatir dicemooh dan mereka akan menanyakan detil dimana persis
lokasinya di peta. Hingga saya menyatakan pengunduran diri saya dari kantor,
tidak satu pung teman kantor saya yang tau kalau sesungguhnya saya berasal dari
tengah hutan rimba.
Sejak saya mendapat foto itu, rasa
rinduku terhadap kampung halaman ku semakin kuat, hari-hariku kujalani dengan
menulis artikel tentang kampung halam yang saya ingat atau saya karang, untuk
selanjutnya saya posting di blog. Berbagai ide dan gagasan tentang bagaimana
semustinya mengembangkan kampung halaman dengan kekayaan potensi sumber daya
alam seperti di Umpungeng ini terus
mengalir dalam hayalanku. Setelah berlangsung sekian lama dibayang-bayangi oleh
keindahan panorama kampung halaman, saya mendapat tugas baru ke sebuah pulau
terbaik dan terindah di Indonesia bernama Pulau Bintan. Disana saya banyak
belajar tentang konsep pendidikan kepariwisataan berbasis ASEAN Standard Competency.
Saya pun mulai tertarik mempelajari apa yang dimaksud dengan ecotourism. Aku
menemukan bahwa konsep ini sangat relevan dengan kampung halamanku andai suatu
saat akan di kembangkan sebagai destinasi pariwisata.
Dari sini saya mulai mengenal
system aplikasi map canggih bernama google earth milik google. Saya pun
mempelajari tehnik dan cara kerjanya. Setelah beberapa waktu, saya membuka akun
khusus kampung Umpungeng di aplikasi Google earth yang saat itu masih terpisah
dengan google.com dan menandai posisi yang
saya tebak karena belum detilnya lokasi. Maklum saat itu hanya bagian perkotaan
saja yang saat itu bisa terlihat dipeta secara detil. Kota Soppeng sebagai kota kabupaten ku pun
belum tercover secara detil. Alhasil Umpungeng sukse didaftar di google earth
dengan gambar yang sangat terbatas.
Dari sinilah awal mula saya
tersadar bahwa selain Tanda yang saya buat di tengah lingkaran Situs megalitik
Garuga e di Umpungeng berada persis ditengah-tengah peta juga berada persis di
tengah huruf permulaan I dari kata INDONESIA, yang berarti posisi tanda pertegahan secara otomatis melekat pada
Posisi Nama Negara Indonesia yang disematkan oleh www.google.com
Dari sini saya menemukan
keajaiban, berbagai sudut pandang yang selaras dengan symbol titik tengah tiba-tiba
bermunculan dalam benakku. Tiba-tiba aku sangat takjub dengan kampung
halamannku, tiba-tiba aku sangat kagum dengan para leluhurku yang dengan
kehebatan dan kekuatan insting kepemimpinannya telah meletakkan sebuah TANDA satu
buah batu pertengahan di tengah lingkaran batu-batu besar itu, yang selaras
dengan namanya, selaras dengan tekstur gunungnya, selaras dengan posisi
regionalnya, selaras dengan letak geografi nasionalnya dan selaras dengan Teknologi teranyar diabad
ini bernama google earth.
“kalau sebua rodah kendaraan saja
membutuhkan lubang penyeimbang persis di titik tengah untuk menjaga perputaran
roda yang stabil dan nyaman. Bagaimana roda pemerintahan sebuah Negara yang besar seperti Indonesia ini?”
Jika Darah yang mengalir dalam tubuhmu
MERAH dan Tulang yang mengokohkanmu berdiri itu warnah PUTIH, maka tuan pasti
tau jawabannya.