Sejak
warga Umpungeng mengenal pendidikan, para keluarga muda mendorong
putra-putrinya untuk menuntut ilmu meski harus keluar kampung. Bahkan tak jaran
keluar kabupaten demi memperoleh pendidikan tingkat menengah lanjutan. Diantara
mereka ada yang diarahkan ke pendidikan yang berorientasi pada agama islam.
Diantara yang melanjutkan ke pendidikan agama, ada yang secara khusus belajar
pendidikan agama di salahsatu pondok pesantren swasta yang berlokasi di
kabupaten tetangga yakni kabupaten Wajo yang berjarak 50 km sebelah timur
Umpungeng.
Sejumlah
alumni asal Umpungeng telah sukses menammatkan pendidikan di pesantren yang
pernah dipimpin oleh KH.Yunus Maratan ini. Ada sebuah tradisi yang berlaku
secara tahunan di pesantren ini khususnya pada bulan suci Ramadhan. Para santri
akan ditempatkan di berbagai daerah sebagai petugas Imam Sholat Tarawih dan
khutbah / ceramah selama bulan suci Ramadhan. Pada saat selesai tugas pasca
Idul fitri para ustaz /ah tidak pulang ke Pondok Pesantren dimana mereka
diberangkatkan melainkan akan pulang ke kampung halaman masing-masing. Biasanya setiap Ustaz akan diantar oleh
sejumlah warga jamaah dimana mereka bertugas menuju rumah tempat tinggal para
uztas. Disini para pengantar akan menyerahkan kepada pihak keluarga sejumlah
uang beserta barang-barang lainnya kepada pihak keluarga Ustaz sebagai honor
selama bertugas sebagai Imam tarawih
atau ceramah Ramadhan dan akan disaksikan oleh dua pihak yang
hadir. Terkadang rombongan pengantar
dalam jumlah besar mulai dari anak-anak hingga kake nenek.
Tradisi
“mangantara
Ustaz /Guru” ini seringterjadi pada beberapa orang santri asal Umpungeng
yang keluar sebagai petugas Ramadhan dan pulang ke Umpungeng pasca Ramadhan ditemani
oleh sejumlah jamaah. Seru? Ya seruuu! Bagaimana tidak, lokasi Umpungeng yang
jauhnya kurang dari sejengkal kita bisa sampai keakhirat itu dan ketinggiannya
tinggal tambahkan Rp.1000 ongkos ojeg kita sudah bisa sampai di langit itu
membuat para pengantar Ustaz shock dan terkaget-kaget. Banyak diantara mereka
akhirnya mundur teratur dan membatalkan kunjungan setelah berada dipertengahan
jalan. Hanya mereka yang memiliki mental dan nyali yang teruji yang bisa sampai
ke rumah ustaz.
Hari
ini keadaan terbalik, yang biasanyasatu orang Ustaz diantar oleh puluhan murid
atau jamaah, kali ini satu orang murid diantar oleh puluhan Ustaz yang tidak
lain adalah tim Assatiz dari Wahdah Islamiyah Makassar. Meski sebenarnya tujuan utamanya bukan untuk mengantar murid
namun paling tidak kunjungan rihlah kali ini sekaligus sebagai tahap
familiarisasi medan da’wah yang selama ini kurang tersentuh oleh nilai-nilai
agama.Kunjungan para ustaz telah memberi pengalaman yang luarbiasa mengesankan
diantara kedua belah pihak (warga dan para Ustaz).
Perjuangan
para ustaz mengendarai kendaraan bermotor plus membonceng teman-teman sendiri bahkan
sebagian sempat numpang sama truk pasir merupakan bukti kongkrit betapa gigih
dan semangatnya dalam mengembang misi da’wah hingga ke plosok negeri dengan
medan yang sungguh berat dan berpotensi menciutkan nyali seperti Umpungeng ini.
Rombongan merupakan para professional yang terdiri atas berbagai bidang profesi dan masing-masing pernah bermukim di beberapa negara maju seperti Jepang, Amerika dan Dubai itu tidak saja berkorban waktu, tenaga dan uang tapi juga mereka berani mempertaruhkan nyawa di medan jalan terjal
yang lebih tepat kalau disebut jalan setapak itu. Meski kondisi fisik demikian
lelah oleh ujlak ajlukan kendaraan, namu setibahnya di Umpungeng tidak
meyurutkan semangat untuk berjamaah dan ta’lim bersama di masjid sederhana yang sedang dalam renovasi yakni Masjid Jabal Nur Umpungeng. Ustaz Sobaruddin selaku Amir dalam
expedisi ini tampil memberi ceramah ta’lim ba’da sholat Magrib hingga waktu
sholat isya.
Acara
Tanya jawab di lanjutkan pada dini hari ba’da sholat subuh dipandu oleh Pegurus
Masjid dengan dua Ustaz panelis yaitu Ustaz
Sobaruddin dan Ustaz Arif. Format penyampaian ceramah yang dimoderasi, santai
dan communicative seperti ini kelihatannya lebih mudah diterima dan lebih cepat
penyesuaiannya oleh warga. Terdapat 4 masjid di 4 dusun sekawasan Umpungeng yang
kondisi sosial masyarakatnya sama, sama-sama jarang tersentuh oleh da’wah dan
nilai-nilai agama. Kehadiran tim Azzatis kali ini diharapkan bisa memberi
inspirasi baru tentang bagaimana pendekatan da’wah yang tepat dan efektiv
dimasyarakat, khususnya kawasan pegunungan seperti Umpungeng. Karena kondisi atap masjid dalam keadaan
terbuka alias beratapkan langit, antusiasme jamaah dalam forum tanyak jawab ini
harus berakhir cepat akibat dariguyuran hujan.Jamaah sholat subuh termasuk tim Azzatis
berhamburan keluar masjid sibuk menyelamatkan diri masing-masing. Harapan kami
selaku warga semoga kunjungan pertama para Ustaz bukanlah kunjungan terakhir,
bahkan sebaliknya sebagai awal misi da’wah menuju cita-cita masyarakat
sejahtera lahir dan batin, makmur dalam penghidupan penuh keimanan dan ketakwaan.
Semoga saja pengalaman expedisi ke Umpungeng menjadi ibroh dan amal jariyyah.
Amin.
0 komentar:
Posting Komentar